26 Oktober 2024 4:07 am

Mengenalkan Allah pada Si Kecil: Langkah Awal Membangun Fondasi Spiritual

Mengenalkan Allah pada Si Kecil: Langkah Awal Membangun Fondasi Spiritual

**"Mengenalkan Allah pada Si Kecil: Langkah Awal Membangun Fondasi Spiritual"**

Bustanul arifin ahmad

Mengapa Penting Mengenalkan Allah kepada Anak Sejak Dini**

Mengenalkan Allah kepada anak sejak dini adalah salah satu tanggung jawab utama orang tua dalam Islam. Ini merupakan upaya untuk menanamkan nilai tauhid, yang akan menjadi landasan kehidupan anak di masa depan. Seperti pohon yang harus ditanam dengan akar yang kuat agar tumbuh kokoh, fondasi spiritual yang kokoh membantu anak tumbuh dengan iman yang kuat, menghadapi tantangan hidup dengan keyakinan yang teguh akan kebesaran dan rahmat Allah. Menurut ajaran Islam, pendidikan tauhid harus dimulai sejak usia dini karena pada masa itu, anak berada dalam fase pembentukan pola pikir dan perilaku. Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ"**
*"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi."*
(HR. Bukhari, no. 1358, Muslim, no. 2658)

Hadis ini menunjukkan bahwa anak-anak dilahirkan dengan fitrah yang suci, yang merupakan kesadaran akan Tuhan. Pengenalan terhadap Allah bertujuan untuk menjaga dan memperkuat fitrah ini, agar anak tumbuh sesuai dengan ajaran Islam. --- #### **Pentingnya Fondasi Spiritual: Bagaimana Makrifatullah Membentuk Kepribadian Anak, Memperkuat Ikatan dengan Nilai-nilai Islam**

**Makrifatullah**, atau mengenal Allah, bukan hanya tentang mengetahui nama-nama atau sifat-sifat Allah, tetapi juga bagaimana anak memahami keberadaan dan kuasa-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengenalkan Allah sejak dini, anak akan memiliki landasan spiritual yang kuat. Ketika anak sudah mengenal Tuhannya, mereka akan lebih mudah memahami peran agama dalam hidupnya, menginternalisasi nilai-nilai Islam, dan menjadikannya sebagai panduan moral serta etika dalam setiap tindakan.
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT menegaskan pentingnya tauhid dan makrifatullah sebagai dasar kehidupan:
**وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَـٰذَا غَـٰفِلِينَ**

*"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab: 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi'."* (QS. Al-A'raf: 172)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap manusia sejak awal penciptaan sudah memiliki kesadaran akan eksistensi Allah. Tugas orang tua adalah mengingatkan dan membimbing anak untuk mengembangkan makrifatullah ini sehingga menjadi dasar kepribadiannya. Anak yang mengenal Allah dengan baik akan memiliki akhlak yang mulia, perilaku yang baik, serta hubungan yang lebih kuat dengan agamanya.

#### **Landasan Ideologi: Al-Quran, Hadis, Pendapat Ulama, dan Psikologi Pendidikan Anak**

1. **Al-Qur'an dan Hadis sebagai Landasan Utama**

Pendidikan agama Islam, terutama tauhid, adalah kewajiban orang tua yang dijelaskan dalam berbagai ayat Al-Qur'an dan Hadis. Dalam QS. Luqman: 13, Allah menyampaikan nasihat Luqman kepada anaknya agar tidak menyekutukan Allah:
**وَإِذْ قَالَ لُقْمَـٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ**
*"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: 'Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar'."* (QS. Luqman: 13)
Dalam ayat ini, nasihat Luqman kepada anaknya untuk mengenal dan hanya menyembah Allah menggarisbawahi pentingnya pendidikan tauhid dalam mendidik anak. Landasan ini juga dikuatkan oleh hadis Rasulullah SAW, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa orang tua bertanggung jawab atas pendidikan agama anak-anaknya.

2. **Pendapat Ulama Tentang Pendidikan Tauhid Sejak Dini**

Ulama klasik seperti Imam Al-Ghazali dalam kitabnya **Ihya' Ulumuddin** menekankan pentingnya pendidikan akhlak dan tauhid kepada anak-anak sejak usia dini. Al-Ghazali mengingatkan bahwa jiwa anak seperti cermin yang bersih dan bening, mudah menerima pengaruh baik atau buruk. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menanamkan keimanan yang kuat sejak kecil agar anak tumbuh dengan hati yang bersih.

3. **Pandangan Psikologi Pendidikan Anak**

Menurut teori psikologi perkembangan yang dikemukakan oleh Jean Piaget, anak-anak pada usia 2-7 tahun berada dalam tahap praoperasional, di mana mereka lebih mampu memahami konsep konkret daripada abstrak. Ini berarti pengenalan Allah pada anak harus menggunakan cara-cara yang sederhana dan mudah dipahami, seperti menceritakan kisah-kisah tentang kebesaran Allah melalui nabi dan rasul, serta mempraktikkan ibadah sehari-hari yang konkret, seperti shalat dan doa. Erik Erikson, psikolog lain, juga menyebutkan bahwa anak pada usia ini mencari rasa aman dan kepercayaan, yang dapat diperoleh dengan mengenal Allah sebagai pelindung yang Maha Pengasih….[ wa Allah a’lam ]
Dirangkum oleh : bustanul arifin A
Blog Post Lainnya
Tawakal Bukan Pasrah Buta: Konsep Tawakal Menurut Ibnu Athaillah al-HikamDi tengah dunia yang riuh oleh ambisi dan kecemasan, tawakal sering disalahpahami sebagai menyerah tanpa daya. Padahal, menurut para arif billah, tawakal justru adalah puncak kesadaran ruhani, ketika seseorang menyadari bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah semata.Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari ( semoga ruhnya dirahmati Allah) — sang penulis al-Hikam yang harum namanya di taman-taman para salik — menegaskan bahwa _tawakal_ bukan sekadar perilaku, tapi maqam (tingkatan spiritual) yang dicapai setelah hati tercerabut dari kebergantungan kepada selain Allah.Ia menulis dalam _al-Hikam_:*“Istirahatkan dirimu dari mengatur urusan dunia; apa yang telah diatur oleh Allah untukmu, jangan engkau susahkan dengan pengaturan dirimu sendiri.”*. Makna Tawakal: Penyerahan Total dan Kepercayaan Mutlak. Berdasarkan nash-nash Al-Qur’an dan hikmah para ulama, *definisi inti tawakal* adalah _penyerahan diri total kepada Allah disertai keyakinan mutlak bahwa hanya Dia-lah yang mampu
Doa Kejelasan Hati dan Ketenteraman Batin. Di antara karunia terbesar yang sering luput dari kesadaran ialah kejernihan hati dan ketenteraman batin. Keduanya tidak lahir dari kelimpahan duniawi, melainkan dari kesadaran ruhani yang terarah pada Allah. Hati yang jernih menjadi cermin bagi cahaya petunjuk, dan batin yang tenteram menjadi taman sunyi bagi ketenangan iman.Dalam riwayat para ulama arif, doa dan zikir adalah alat penyucian batin—ia menyingkap kabut gelisah, membuka jalan menuju _sakīnah_ (ketenangan), dan menuntun jiwa kembali mengenal Tuhannya. 🕊️ Doa Kejelasan Hati dan Ketenteraman Batin. . اللّٰهُمَّ نَوِّرْ قَلْبِي بِنُوْرِ الْهُدَى، وَطَهِّرْ بَاطِنِي مِنْ دَنَسِ الدُّنْيَا، وَارْزُقْنِي سَكِيْنَةً تَمْلَأُ صَدْرِي وَرِضًا يَسْكُنُ نَفْسِي. . [`Allāhumma nawwir qalbī binūril hudā, wa ṭahhir bāṭinī min danasid-dunyā, warzuqnī sakīnah tamla’u ṣadrī wa riḍan yaskunu nafsī.`]. Artinya:. `“Ya Allah, terangilah hatiku dengan cahaya petunjuk-Mu, sucikan batinku dari kotoran dunia, dan anugerahkan kepadaku
Berita Newsletter
`Berlangganan
-
Social Media
-