Di antara karunia terbesar yang sering luput dari kesadaran ialah kejernihan hati dan ketenteraman batin. Keduanya tidak lahir dari kelimpahan duniawi, melainkan dari kesadaran ruhani yang terarah pada Allah. Hati yang jernih menjadi cermin bagi cahaya petunjuk, dan batin yang tenteram menjadi taman sunyi bagi ketenangan iman.Dalam riwayat para ulama arif, doa dan zikir adalah alat penyucian batin—ia menyingkap kabut gelisah, membuka jalan menuju _sakīnah_ (ketenangan), dan menuntun jiwa kembali mengenal Tuhannya.
🕊️
Doa Kejelasan Hati dan Ketenteraman Batin
اللّٰهُمَّ نَوِّرْ قَلْبِي بِنُوْرِ الْهُدَى، وَطَهِّرْ بَاطِنِي مِنْ دَنَسِ الدُّنْيَا، وَارْزُقْنِي سَكِيْنَةً تَمْلَأُ صَدْرِي وَرِضًا يَسْكُنُ نَفْسِي
[`Allāhumma nawwir qalbī binūril hudā, wa ṭahhir bāṭinī min danasid-dunyā, warzuqnī sakīnah tamla’u ṣadrī wa riḍan yaskunu nafsī.`]
Artinya:
`“Ya Allah, terangilah hatiku dengan cahaya petunjuk-Mu, sucikan batinku dari kotoran dunia, dan anugerahkan kepadaku ketenangan yang memenuhi dadaku serta keridaan yang menenteramkan jiwaku.”`
📜
Sumber dan Sanad DoaDoa ini
berasal dari kumpulan doa ulama tasawuf klasik yang dikenal dalam tradisi Ahlus Shufiyyah. Secara substansial, ia sejalan dengan redaksi doa yang termaktub dalam:
- Imam Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin, Kitab Adzkar al-Awqat, bab “Fi Adz-Du‘a wa Adabihi”, di mana beliau menuliskan doa agar hati disinari cahaya hidayah dan disucikan dari kegelapan dunia.
- Imam Abul Hasan Asy-Syadzili, dalam Hizb al-Kabir, terdapat doa serupa: “Allāhumma nawwir qulūbanā binūrika al-bāhir, wa tahhir ṣudūranā min ghayrika...” Doa ini menjadi rujukan banyak tarekat Syadziliyyah dalam zikir tathhīr al-qalb (penyucian hati).
- Redaksi tambahan “warzuqnī sakīnah...” merupakan penggabungan dari doa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, dari Nabi ﷺ:
اللهم إني أسألك نفسًا مطمئنة ترضى بقضائك
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jiwa yang tenang, yang ridha terhadap ketentuan-Mu.” (HR. Ahmad, no. 23077)
Dengan demikian, doa ini memiliki landasan makna dan sanad spiritual dari para salafush-shalih dan ahli hikmah Islam klasik.Makna Spiritual Doa ini memohon tiga hal:
- Cahaya petunjuk (nūr al-hudā) agar hati tidak tersesat dalam kegelapan hawa nafsu.
- Penyucian batin (ṭahārah al-bāṭin) dari debu duniawi yang menghalangi pancaran nur Ilahi.
- Ketenteraman dan keridaan (sakīnah wa riḍā) sebagai hasil dari pasrah penuh kepada kehendak Allah.
Firman Allah Ta‘ala:
_
“Dialah yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang beriman agar keimanan mereka bertambah………..”_
*(QS. Al-Fath [48]: 4)*
Renungan dan Ajakan
`Zikir dan doa ini sangat baik dibaca pada waktu *setelah salat malam* atau *ketika hati diliputi kebingungan*. Lantunkan dengan napas pelan, biarkan maknanya meresap seperti air ke dalam tanah yang kering.
Kejelasan hati tidak lahir dari banyak bicara, tapi dari *hening yang disinari oleh zikir*.`PenutupSemoga doa ini menjadi jalan bagi setiap jiwa yang ingin menemukan kejernihan di tengah kabut dunia, dan ketenangan di tengah kegelisahan zaman.
[Wa Allahu a‘lam bish-shawāb.]`
Sevilla - Jumaldilawwal 1447 H
📚
Sumber Renungan
- Al-Qur’an, Surah Al-Fath [48]: 4
- Ihya’ ‘Ulumiddin – Imam Al-Ghazali
- Hizb al-Kabir – Imam Abul Hasan Asy-Syadzili
- Musnad Ahmad – hadis tentang an-nafs al-muṭma’innah

