24 Oktober 2025 6:51 am

Doa Kejelasan Hati dan Ketenteraman Batin



Di antara karunia terbesar yang sering luput dari kesadaran ialah kejernihan hati dan ketenteraman batin. Keduanya tidak lahir dari kelimpahan duniawi, melainkan dari kesadaran ruhani yang terarah pada Allah. Hati yang jernih menjadi cermin bagi cahaya petunjuk, dan batin yang tenteram menjadi taman sunyi bagi ketenangan iman.Dalam riwayat para ulama arif, doa dan zikir adalah alat penyucian batin—ia menyingkap kabut gelisah, membuka jalan menuju _sakīnah_ (ketenangan), dan menuntun jiwa kembali mengenal Tuhannya.

🕊️- Doa Kejelasan Hati dan Ketenteraman Batin

اللّٰهُمَّ نَوِّرْ قَلْبِي بِنُوْرِ الْهُدَى، وَطَهِّرْ بَاطِنِي مِنْ دَنَسِ الدُّنْيَا، وَارْزُقْنِي سَكِيْنَةً تَمْلَأُ صَدْرِي وَرِضًا يَسْكُنُ نَفْسِي
[`Allāhumma nawwir qalbī binūril hudā, wa ṭahhir bāṭinī min danasid-dunyā, warzuqnī sakīnah tamla’u ṣadrī wa riḍan yaskunu nafsī.`]
Artinya:
`“Ya Allah, terangilah hatiku dengan cahaya petunjuk-Mu, sucikan batinku dari kotoran dunia, dan anugerahkan kepadaku ketenangan yang memenuhi dadaku serta keridaan yang menenteramkan jiwaku.”`

📜- Sumber dan Sanad DoaDoa ini


berasal dari kumpulan doa ulama tasawuf klasik yang dikenal dalam tradisi Ahlus Shufiyyah. Secara substansial, ia sejalan dengan redaksi doa yang termaktub dalam:

  1. Imam Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin, Kitab Adzkar al-Awqat, bab “Fi Adz-Du‘a wa Adabihi”, di mana beliau menuliskan doa agar hati disinari cahaya hidayah dan disucikan dari kegelapan dunia.
  2. Imam Abul Hasan Asy-Syadzili, dalam Hizb al-Kabir, terdapat doa serupa: “Allāhumma nawwir qulūbanā binūrika al-bāhir, wa tahhir ṣudūranā min ghayrika...” Doa ini menjadi rujukan banyak tarekat Syadziliyyah dalam zikir tathhīr al-qalb (penyucian hati).
  3. Redaksi tambahan “warzuqnī sakīnah...” merupakan penggabungan dari doa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, dari Nabi ﷺ:

اللهم إني أسألك نفسًا مطمئنة ترضى بقضائك

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jiwa yang tenang, yang ridha terhadap ketentuan-Mu.” (HR. Ahmad, no. 23077)
Dengan demikian, doa ini memiliki landasan makna dan sanad spiritual dari para salafush-shalih dan ahli hikmah Islam klasik.Makna Spiritual Doa ini memohon tiga hal:
  1. Cahaya petunjuk (nūr al-hudā) agar hati tidak tersesat dalam kegelapan hawa nafsu.
  2. Penyucian batin (ṭahārah al-bāṭin) dari debu duniawi yang menghalangi pancaran nur Ilahi.
  3. Ketenteraman dan keridaan (sakīnah wa riḍā) sebagai hasil dari pasrah penuh kepada kehendak Allah.
Firman Allah Ta‘ala:
_
“Dialah yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang beriman agar keimanan mereka bertambah………..”_ *(QS. Al-Fath [48]: 4)*

Renungan dan Ajakan

`Zikir dan doa ini sangat baik dibaca pada waktu *setelah salat malam* atau *ketika hati diliputi kebingungan*. Lantunkan dengan napas pelan, biarkan maknanya meresap seperti air ke dalam tanah yang kering.
Kejelasan hati tidak lahir dari banyak bicara, tapi dari *hening yang disinari oleh zikir*.`PenutupSemoga doa ini menjadi jalan bagi setiap jiwa yang ingin menemukan kejernihan di tengah kabut dunia, dan ketenangan di tengah kegelisahan zaman.
[Wa Allahu a‘lam bish-shawāb.]`

Sevilla - Jumaldilawwal 1447 H

📚- Sumber Renungan


  • Al-Qur’an, Surah Al-Fath [48]: 4
  • Ihya’ ‘Ulumiddin – Imam Al-Ghazali
  • Hizb al-Kabir – Imam Abul Hasan Asy-Syadzili
  • Musnad Ahmad – hadis tentang an-nafs al-muṭma’innah
Blog Post Lainnya
Tawakal Bukan Pasrah Buta: Konsep Tawakal Menurut Ibnu Athaillah al-HikamDi tengah dunia yang riuh oleh ambisi dan kecemasan, tawakal sering disalahpahami sebagai menyerah tanpa daya. Padahal, menurut para arif billah, tawakal justru adalah puncak kesadaran ruhani, ketika seseorang menyadari bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah semata.Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari ( semoga ruhnya dirahmati Allah) — sang penulis al-Hikam yang harum namanya di taman-taman para salik — menegaskan bahwa _tawakal_ bukan sekadar perilaku, tapi maqam (tingkatan spiritual) yang dicapai setelah hati tercerabut dari kebergantungan kepada selain Allah.Ia menulis dalam _al-Hikam_:*“Istirahatkan dirimu dari mengatur urusan dunia; apa yang telah diatur oleh Allah untukmu, jangan engkau susahkan dengan pengaturan dirimu sendiri.”*. Makna Tawakal: Penyerahan Total dan Kepercayaan Mutlak. Berdasarkan nash-nash Al-Qur’an dan hikmah para ulama, *definisi inti tawakal* adalah _penyerahan diri total kepada Allah disertai keyakinan mutlak bahwa hanya Dia-lah yang mampu
Kunci Gaib atau Kebergantungan? Azimat, Hizib & Ism al-A‘ẓam dalam Hidup Gen Z MuslimOleh: Bustanul | Sebuah Ikhtiar untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. Setiap zaman memiliki bahasanya sendiri dalam mencari pertolongan Allah.Generasi kita—yang tumbuh dalam hiruk pikuk layar digital dan kecemasan masa depan—tidak berbeda dengan mereka yang dahulu menengadah di bawah langit, mencari perlindungan dari yang gaib, dari yang tak terlihat namun diyakini nyata. Di tengah kecemasan modern, muncul kembali minat terhadap *azimat*, *hizib*, dan *Ism al-A‘ẓam* : kalimat suci yang dipercaya membawa penjagaan, ketenangan, bahkan solusi. Sebagian menulisnya di kertas, sebagian menggantungkannya di dada, sebagian melafazkannya sebagai zikir harian. Namun muncul pertanyaan yang jujur dari hati muda:. Apakah ini masih termasuk doa yang dibolehkan, ataukah sudah menyalahi tauhid?. . Apakah benda itu berfungsi sebagai wasilah, atau sudah menjadi pengganti kebergantungan kepada Allah? Makna dan Asal Istilah Dalam tradisi Islam klasik. azimat (ta‘wīdh) berarti sesuatu yang mengandung
**Mengenal Maqom Syukur** _Sebuah catatan pribadi_—--------```Tulisan ini lahir dari renungan panjang, dialog dengan kitab-kitab klasik, dan upaya menjawab kegelisahan: mengapa *syukur* sering terasa berat, padahal ia gerbang menuju kebahagiaan?".Apabila bermanfaat semata mata karena petunjuk,hidayah Allah swt.Bila ada salah dan kekurangan,hanya karena kebodohan penulis ,semoga Allah mengampuni.Wa Allah a’lam```. . **Bagian 1: Syukur sebagai Kunci Hidup Bahagia** . Apa yang membuat orang bahagia? Harta melimpah? Keluarga sempurna? Atau karier gemilang? Faktanya, banyak orang yang sudah memiliki itu semua justru merasa hampa. Di sinilah **syukur** berperan sebagai *reset button* hati. Bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur, tapi syukurlah yang membuka pintu kebahagiaan. . ### **Syukur: “Lensa” yang Mengubah Cara Pandang** . Bayangkan dua orang melihat gelas berisi air separuh. Yang pertama berkata, *“Cuma setengah? Aku kehausan!”* Sementara yang lain berseru, *“Alhamdulillah, masih ada setengah untuk bertahan!”* Inilah
Berita Newsletter
`Berlangganan
-
Social Media
-